Punakawan pada dasarnya adalah merupakan khasanah budaya asli tanah Jawa, Majapahit khususnya. Representasi punakawan sebagai budaya asli tanah Jawa (Majapahit) ini dapat kita saksikan pada relief-relief yang terpahat pada kompleks Candi Sukuh di lereng gunung Lawu dan Candi Tegowangi di Kediri. Punakawan dalam hal ini diwakili oleh Semar Badranaya banyak ditampilkan dalam beberapa relief yang ada, mulai dari relief Sudamala sampai dengan relief Nawaruci.
Kajian tentang Punakawan.
Tersebutlah Sang Hyang Tunggal memiliki tiga orang putera yang berasal dari sebuah telur. Bagian kulit telur kemudian menjelma menjadi Sang Hyang Antaga yang saat menebus kesalahannya di marcapada berubah menjadi Togog. Bagian putih telur kemudian menjelma menjadi Sang Hyang Ismaya yang saat menjalankan tugasnya di marcapada berubah menjadi Semar (Semar Badranaya). Sedangkan bagian kuning telurnya kemudian menjelma menjadi Sang Hyang Manikmaya yang lebih dikenal dengan sebutan Bhatara Guru (Shiwa).
Dengan demikian Semar adalah jelmaan Sang Hyang Ismaya yang harus menyelesaikan tugasnya mendampingi para raja dan kesatriya di marcapada demi untuk menebus kesalahan yang pernah dibuatnya. Demi untuk menyelesaikan tugasnya tersebut, Semar menghendaki adanya saksi yang berasal dari jati dirinya sendiri, dan oleh karenanya kemudian Semar menciptakan Bagong yang berasal dari bayang-bayangnya sendiri.
Suatu hari kahyangan Suralaya (tempat Sang Hyang Manikmaya bertahta) digegerkan oleh kedatangan dua jin yang bernama Mercukilan dan Mercukali. Mercukilan berperawakan tinggi jangkung dengan hidung panjang seperti burung pelatuk dan kepalanya berkuncir, sedangkan Mercukali berperawakan pendek berhidung besar bulat seperti tomat, kepalanya juga sama berkuncir. Keduanya bertingkah jenaka tetapi serongkali menyombongkan diri. Apalagi setelah keduanya sanggup mengalahkan Cingkarabala dan Balaupata, dua orang duruwiksa penjaga pintu gerbang Selamatangkep (pintu gerbang istana Suralaya). Kedua jin ini kemudian menantang Sang Hyang Manikmaya untuk beradu kesaktian memperebutkan tahta kerajaan Suralaya.
Pada mulanya Sang Hyang Manikmaya kewalahan menghadapi keduanya dan akhirnya akan mempergunakan aji Kemayan agar musuh-musuhnya dapat segera dibinasakan. Namun hal ini dicegah oleh Sang Hyang Antaga dan Sang Hyang Ismaya. Kemudian Sang Hyang Ismaya mengambil alih untuk menghadapi kedua jin tersebut. Singkat kata, Sang Hyang Ismaya dapat mengalahkan mereka serta mengubah wujud keduanya menjadi seperti rakyat jelata yang polos dengan wajah yang tidak lagi menyeramkan. Mereka berdua kemudian diampuni dan diangkat anak oleh Sang Hyang Ismaya. Mercukilan namanya diganti menjadi Petruk, sedangkan Mercukali diganti namanya menjadi Gareng. Dengan demikian lengkaplah sudah semua anggota punakawan yang berjumlah empat orang tersebut, yang pertama Semar (penjelmaan Sang Hyang Ismaya), Bagong (ciptaan dari bayang-bayang Sang Hyang Ismaya sendiri), Petruk (peralihan dari Mercukilan) serta Gareng (peralihan dari Mercukali).
Demikianlah uraian singkat tentang punakawan sebagai peninggalan budaya asli tanah Jawa (Majapahit), semoga bermanfaat.
Posting Komentar