Selamat datang di Blog "Majapahit Nusantara"

Sejarah Majapahit dari seorang yang "buta sejarah"

19komentar

Membaca artikel tentang sejarah Majapahit dari seorang yang buta sejarah sungguh sangat menjengkelkan. Sejarah Majapahit dipandang dari "kacamata sempit" seorang yang mengaku ahli arkeologi. Sungguh suatu penulisan sejarah Majapahit yang sangat memprihatinkan !!! Era demokrasi sekarang ini rupanya dipergunakan sebagai ajang untuk melakukan tindakan "pembodohan" model baru dari kelompok-kelompok yang "buta sejarah". 

Majapahit Nusantara

Berikut ini artikelnya :
Fiktif, Wilayah Majapahit Seluas Nusantara 

http://edukasi.kompasiana.com/2013/10/19/fiktif-wilayah-majapahit-seluas-nusantara-601850.html

Masih ingatkah anda dengan Sumpah Palapa Patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, yang telah didoktrin semenjak menempuh pendidikan di Sekolah Dasar. Kalimat itu berbunyi: ”Sira Gadjah Mada paptih amangkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gadjah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa” (Gajah Mada, Padmapuspita, 1966:38). Maknanya kurang lebih seperti ini, Gadjah Mada sang Mahapatih tak akan menikmati palapa, berkata Gadjah Mada, ”selama aku belum menyatukan nusantara, aku takkan menikmati palapa, sebelum aku menaklukan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pahang, Dompu, Pulau Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik, aku takkan mencicipi palapa”. Istilah ”Nusantara” yang katanya diucapkan oleh Gajah Mada, kini mulai disanggah. Khususnya, dalam hal cakupan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit (1293-1500 M).
Fakta baru mengenai sejarah Kerajaan Majapahit kembali terungkap. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Nationalgeoraphic (11/10/2013) dan Kompas (13/10/2013), bahwa ternyata wilayah kekuasaan Majapahit tidak seperti yang telah banyak dituliskan dalam buku-buku pendidikan sejarah yang selama ini dijadikan bahan pengajaran di lembaga pendidikan. Baik di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi disebutkan bahwa, wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh bagian Nusantara yang mirip seperti teritori Republik Indonesia saat ini.
Seorang ahli arkeologi, epigrafi dan sejarah kuno, Hasan Djafar, menyampaikan bahwa, omong kosong kalau dikatakan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan seluas Nusantara. Menurutnya, wilayah Kerajaan Majapahit cuma berada di pulau Jawa. Itu pun hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Legenda kekuasaan Majapahit tidak lain adalah ”ide” Soekarno untuk membentuk dan menyatukan Indonesia. Dengan cara itu, ia berharap akan meraih dukungan besar yang membuat cita-cita penyatuan Negara akan lebih mudah tercapai. Sebab, mayoritas penduduk Indonesia berasal dari etnis yang sering ”memuja” Majapahit. Bahkan tidak hanya itu, mitos Majapahit juga menjadi ”inspirasi” Soekarno yang berhasrat menganeksasi Malaysia ke dalam NKRI. Karena Malaysia dianggap bagian dari wilayah ”Nusantaranya” Majapahit. Tidak mengherankan, bila konfrontasi Indonesia-Malaysia (1962-1966 M) sebenarnya memang sengaja di ”setting” untuk memuluskan rencana. Slogan Soekarno yang berbunyi ”Ganyang Malaysia”, bahkan mampu membuat sebagian besar Rakyat Indonesia ”lupa” akan kerasnya himpitan ekonomi yang mendera masa itu. Tapi pada akhirnya, hasil yang dicapai tidaklah sesuai perencanaan semula.
Sejarawan Jean Gelman Taylor menulis satu bab ”Majapahit Visions: Sukarno and Suharto in the Indonesian Histories” dalam buku Indonesia: Peoples and Histories. Bab ini khusus membandingkan Majapahit versi arkeologi dan Majapahit versi propaganda. Dari sudut arkeologi, Taylor menerangkan bahwa Majapahit sebuah Kerajaan kecil yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Rezim Soekarno dan Soeharto berkepentingan membuat mitos Majapahit sebagai ”Kerajaan besar” guna mendukung agenda mereka masing-masing. Nation building dan economic development.
Manipulasi sejarah Kerajaan Majapahit juga tidak terlepas dari sosok Muhammad Yamin. Salah seorang tokoh pendiri Negara Indonesia ini, pernah menuliskan sebuah buku yang berjudul Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1945 dan telah belasan kali dicetak ulang. Buku itu mengisahkan epos kepahlawanan Gajah Mada sebagai Patih Kerajaan Majapahit.
Dalam lampirannya terdapat secarik peta wilayah Indonesia. Terbentang mulai dari Sabang hingga Merauke, dari Timor sampai Talaud. Dengan judul Daerah Nusantara dalam Keradjaan Madjapahit. Mengenai peta ini, Hasan Djafar mengungkapkan bahwa, ”gagasan persatuan ini oleh para sejarawan telah ditafsirkan sebagai wilayah Majapahit sehingga seolah ada penaklukan. Itu salahnya!”
Tidak hanya itu. Kejanggalan lainnya adalah foto yang menampilkan sekeping terakota yang mewujudkan sosok Gajah Mada, yang dalam imajinasi Yamin digambarkan dengan wajah lelaki berpipi tembam dan berbibir tebal.
”Itu skandal ilmiah dalam sejarah,” ujar Hasan Djafar.
PERBAIKI PENULISAN SEJARAH NASIONAL
Sejarawan Universitas Negeri Medan, Dr. Ichwan Azhari, mengatakan bahwa penulisan dan pengajaran sejarah nasional dengan mengangkat teks Jawa sebagai fakta sejarah diperkirakan tidak dapat dipertahankan lagi dan harus dihilangkan. (Antara: 25/05/2007)
Ia juga mengatakan bahwa dalam sistem penulisan yang sentralistik, wacana-wacana yang hidup di luar Jawa seolah-olah diabaikan. Namun, gelombang perubahan, seharusnya memunculkan orientasi penulisan sejarah yang desentralistik. Pusat kekuasaan tidak bisa lagi memonopoli satu wacana yang dianggapnya benar.
”Untuk itu, sudah sepantasnya reproduksi teks klasik Jawa tentang kebesaran kekuasaan Majapahit yang penuh kebohongan itu segera diakhiri dalam penulisan sejarah nasional, termasuk dalam pelajaran di sekolah-sekolah,” tegas Ichwan.
Kebesaran kekuasaan Majapahit yang mengandung banyak kisah fiktif, memang sudah seharusnya di koreksi. Ini untuk memperbaiki literatur-literatur sejarah nasional agar tidak ”meracuni” pikiran adik-adik kita yang masih berada di bangku sekolah. Sudah saatnya mereka mendapatkan pengajaran sejarah nasional yang benar dan akurat. Bukan sejarah fiktif.
Ruslan
Mari kita bahas bersama hal-hal yang mengindikasikan kondisi "buta sejarah" tersebut :
Fakta baru mengenai sejarah Kerajaan Majapahit kembali terungkap. Sebagaimana yang dikabarkan oleh Nationalgeoraphic (11/10/2013) dan Kompas (13/10/2013), bahwa ternyata wilayah kekuasaan Majapahit tidak seperti yang telah banyak dituliskan dalam buku-buku pendidikan sejarah yang selama ini dijadikan bahan pengajaran di lembaga pendidikan. Baik di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi disebutkan bahwa, wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh bagian Nusantara yang mirip seperti teritori Republik Indonesia saat ini.
Seorang ahli arkeologi, epigrafi dan sejarah kuno, Hasan Djafar, menyampaikan bahwa, omong kosong kalau dikatakan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan seluas Nusantara. Menurutnya, wilayah Kerajaan Majapahit cuma berada di pulau Jawa. Itu pun hanya Jawa Tengah dan Jawa Timur. 
Rupa-rupanya penulis artikel tersebut hanya mempergunakan statement seorang "Hasan Djafar" yang mengatakan bahwa wilayah kerajaan Majapahit cuma berada di pulau Jawa, tepatnya Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia tidak sadar bahwa di dalam berbagai bukti-bukti sejarah baik yang berupa prasasti maupun kitab Negarakretagama telah dijelaskan bahwa kerajaan Majapahit adalah merupakan metamorfosis (baca : kelanjutan) dari kerajaan Singhasari yang telah berhasil melaksanakan ekspedisi Pamalayu dengan membawa pulang dua orang puteri Melayu yaitu Dara Petak dan Dara Jingga sebagai bukti tunduknya kerajaan Melayu pada waktu itu. Berhubung kerajaan Singhasari telah hancur (akibat serangan kerajaan Gelang-Gelang), maka kedua puteri Melayu tersebut akhirnya diserahkan kepada Nararyya Sanggramawijaya sebagai pendiri kerajaan Majapahit dan salah seorang diantaranya diambil sebagai "selir".

Kerajaan Singhasari (sebagai pendahulu) saja telah berhasil menundukkan kerajaan Melayu, apa ya mungkin kerajaan Majapahit (sebagai kelanjutannya) tidak serta merta menundukkan kerajaan Melayu tersebut ? Buktinya, kedua orang puteri Melayu tersebut pada akhirnya diserahkan kepada pendiri kerajaan Majapahit. Dengan demikian, kekuasaan kerajaan Majapahit telah pula melingkupi wilayah kerajaan Melayu tersebut.

Selanjutnya, pada kisaran tahun 1334 M, Gajah Mada dan lasykar Majapahit telah berhasil menundukkan wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan wilayah-wilayah sebelah Timur Pulau Jawa. Apakah mungkin "sang narator" sebagai sumber inspirasi tulisan di atas telah menjadi seorang yang "pelupa" ???? Padahal kan seorang ahli katanya ........... ?!!!

Dari fakta-fakta tersebut telah cukup jelas bahwa wilayah kerajaan Majapahit tidak hanya di Jawa Timur dan Jawa Tengah saja.

Mati kita tinjau uraian artikel yang berikutnya.
Legenda kekuasaan Majapahit tidak lain adalah ”ide” Soekarno untuk membentuk dan menyatukan Indonesia. Dengan cara itu, ia berharap akan meraih dukungan besar yang membuat cita-cita penyatuan Negara akan lebih mudah tercapai. Sebab, mayoritas penduduk Indonesia berasal dari etnis yang sering ”memuja” Majapahit. Bahkan tidak hanya itu, mitos Majapahit juga menjadi ”inspirasi” Soekarno yang berhasrat menganeksasi Malaysia ke dalam NKRI. Karena Malaysia dianggap bagian dari wilayah ”Nusantaranya” Majapahit. Tidak mengherankan, bila konfrontasi Indonesia-Malaysia (1962-1966 M) sebenarnya memang sengaja di ”setting” untuk memuluskan rencana. Slogan Soekarno yang berbunyi ”Ganyang Malaysia”, bahkan mampu membuat sebagian besar Rakyat Indonesia ”lupa” akan kerasnya himpitan ekonomi yang mendera masa itu. Tapi pada akhirnya, hasil yang dicapai tidaklah sesuai perencanaan semula.
Paragraf di atas jelas-jelas membuktikan bahwa si Ruslan (sang penulis artikel) ini adalah seorang yang "buta sejarah". Bagaimana mungkin Soekarno (Sang Proklamator Kemerdekaan) dihubung-hubungkan dengan 'legenda kekuasaan Majapahit' yang tentu saja dalam hal ini berkaitan dengan 'wilayah teritorial' kerajaan Majapahit. Periode masa di antara keduanya saja sudah berbeda jauh. Majapahit telah mengalami kemunduran sejak sekitar tahun 1500 M, sedangkan Bung Karno baru terlahir pada 6 Juni 1901, suatu periode yang berbeda sekitar 400 tahun lamanya. Lucu, lucu dan lucu sekali paragraf tersebut, hal ini sangat-sangat menunjukkan 'kualitas' dari penulisnya yang sangat-sangat "buta sejarah".

Apa hubungan luas wilayah kerajaan Majapahit dengan konfrontasi Indonesia-Malaysia (1962-1966) tersebut ? Jelas tidak ada hubungannya, periodisasi dan sebab-sebab kejadiannya saja sudah jauh berbeda. Seandainya Soekarno ingin membangkitkan kejayaan wilayah Majapahit, kenapa beliau tidak sekalian menyerang Singapura dan Brunei yang nota bene termasuk wilayah kerajaan Majapahit ?

Luas wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit ini bukanlah "ide Soekarno", uraian tentang luasan wilayah kerajaan Majapahit ini pada dasarnya adalah sesuai dengan uraian yang terdapat dalam kitab Negarakretagama tulisan Mpu Prapanca, khususnya uraian pupuh XIII dan XIV. Jadi dalam hal ini jelas-jelas bukan 'ide Soekarno'. Bung Karno dalam hal ini hanya 'membangkitkan kesadaran' bangsanya akan pentingnya persatuan dan kesatuan wilayah (bekas wilayah kerajaan Majapahit) menuju satu kesatuan NKRI yang merdeka, berdaulat dan disegani bangsa-bangsa di seluruh dunia.

Selanjutnya, mari kita periksa paragraf berikutnya :
Sejarawan Jean Gelman Taylor menulis satu bab ”Majapahit Visions: Sukarno and Suharto in the Indonesian Histories” dalam buku Indonesia: Peoples and Histories. Bab ini khusus membandingkan Majapahit versi arkeologi dan Majapahit versi propaganda. Dari sudut arkeologi, Taylor menerangkan bahwa Majapahit sebuah Kerajaan kecil yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Rezim Soekarno dan Soeharto berkepentingan membuat mitos Majapahit sebagai ”Kerajaan besar” guna mendukung agenda mereka masing-masing. Nation building dan economic development.
Sang penulis artikel (Ruslan) mengutip tulisan Jean Gelman Taylor yang jelas-jelas tidak tahu letak geografis pusat pemerintahan kerajaan Majapahit yang sebenarnya. Dikatakannya bahwa "Majapahit adalah sebuah kerajaan kecil yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah". Hal ini jelas-jelas satu kesalahan besar, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit tidak terletak di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah melainkan berada di kota Mojokerto, suatu kota yang secara geografis terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Timur. Hingga saat ini masih terlihat jelas bukti-bukti peninggalannya dan bahkan telah masuk dalam daftar perhatian dunia Internasional. Hal itu terjadi setelah keluarnya penyataan dari lembaga World Monuments Fund (WMF) pada 8 Oktober 2013 lalu.

Bagaimana seorang yang tidak benar-benar paham tentang letak geografis pusat pemerintahan kerajaan Majapahit kemudian ia menuliskan sejarah kerajaan Majapahit tersebut ? Satu hal yang menunjukkan "kemunduran alam pikiran" adalah menuliskan tentang sejarah kerajaan Majapahit dengan mempergunakan referensi "orang asing" yang telah salah mengidentifikasikan letak kerajaan Majapahit tersebut dengan benar. Sungguh ini merupakan satu hal yang sangat memprihatinkan, suatu "kemunduran alam pikiran" dituangkan dalam bentuk uraian sejarah.

Mari kita periksa paragraf berikutnya :
Manipulasi sejarah Kerajaan Majapahit juga tidak terlepas dari sosok Muhammad Yamin. Salah seorang tokoh pendiri Negara Indonesia ini, pernah menuliskan sebuah buku yang berjudul Gajah Mada, Pahlawan Persatuan Nusantara, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1945 dan telah belasan kali dicetak ulang. Buku itu mengisahkan epos kepahlawanan Gajah Mada sebagai Patih Kerajaan Majapahit
Kita soroti tentang pernyataan "mengisahkan epos kepahlawanan" seorang Mahapatih Gajah Mada. Epos atau wiracarita adalah sejenis karya sastra tradisional yang menceritakan kisah kepahlawanan (wira berarti pahlawan dan carita adalah cerita/kisah). Epos ini seringkali dinyatakan dalam bentuk syair. Beberapa contoh epos terkenal adalah Ramayana, Mahabharata, Illiad, Odysseus, La Chanson de Roland, La Galigo, dan Hikayat Hang Tuah. Dengan demikian "epos kepahlawanan" lebih identik dengan istilah "dongeng kepahlawanan" yang bisa jadi hanya sebuah khayalan belaka. Hal ini jelas salah besar, sungguh salah besar, Mahapatih Gajah Mada adalah seorang patih kerajaan yang memang benar-benar pernah ada dan berjuang untuk menjayakan kerajaan Majapahit, dan bukan khayalan belaka.

Mari kita periksa uraian dalam kitab Negarakretagama khususnya pupuh LXXI yang menceritakan tentang kapan Gajah Mada mulai berkiprah untuk menjayakan kerajaan Majapahit ini. Berikut ini uraiannya :
Tahun saka tiga angin utama (1253 Saka) beliau mulai memikul tanggung jawab,Tahun rasa (1286 Saka) beliau mangkat ; Baginda gundah, terharu, bahkan putus asa,Sang dibyacita Gajah Mada cinta kepada sesama tanpa pandang bulu,Insaf bahwa hidup ini tidak baka, karenanya beramal tiap hari.
Uraian dalam pupuh tersebut jelas-jelas menuturkan bahwa Gajah Mada tersebut memang benar-benar seorang tokoh besar pada jaman kerajaan Majapahit dan benar-benar ada serta bukan seorang tokoh khayalan atau rekayasa.

Bukti lain dari keberadaan Gajah Mada adalah Prasasti Singhasari tahun 1351 M,  ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah. Ditulis dengan Aksara Jawa.

Majapahit Nusantara

Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

Dengan adanya prasasti tersebut, cerita tentang Mahapatih Gajah Mada ini bukan hanya sekedar "epos kepahlawanan", namun lebih dari itu. Gajah Mada memang seorang tokoh yang benar-benar ada dan menjadi bagian dari sejarah kejayaan kerajaan Majapahit.

Pada bagian akhir artikelnya diuraikan seperti berikut ini :
Kebesaran kekuasaan Majapahit yang mengandung banyak kisah fiktif, memang sudah seharusnya di koreksi. Ini untuk memperbaiki literatur-literatur sejarah nasional agar tidak ”meracuni” pikiran adik-adik kita yang masih berada di bangku sekolah. Sudah saatnya mereka mendapatkan pengajaran sejarah nasional yang benar dan akurat. Bukan sejarah fiktif. 
Kekuasaan Majapahit dikatakan 'banyak mengandung kisah fiktif', darimana ia bisa mengatakan hal sedemikian ini ? Bukti-bukti arkeologis telah membuktikan bahwa kerajaan Majapahit ini memang benar-benar ada dan merupakan sebuah kerajaan besar pada kala itu. Bahkan berdasarkan berita dari Dinasti Ming yang diuraikan dalam W.P Groeneveldt, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, compiled from Chinese sources. VBG XXXIX, 1880, Cetak ulang : Historical Notes on Indonesia and Malaya, Bhatara, Jakarta, 1960 pada halaman 69, diuraikan tentang serangan tentara Jawa (Majapahit) terhadap Suwarnabhumi terjadi pada tahun 1377 M.

Bagaimana ia bisa mengatakan 'banyak mengandung kisah fiktif', padahal berita dari Dinasti Ming ada menguraikan tentang kebesaran kerajaan Majapahit tersebut dilihat dari kemampuan pasukan perangnya ? Sungguh-sungguh istilah "buta sejarah" yang dapat disematkan pada kualitas sang penulis artikel tersebut.

Catatan penulis :
Jangan sekali-kali berbicara atau menulis artikel tentang sejarah bilamana kita termasuk dalam golongan orang-orang yang "buta sejarah", karena hanya akan mengakibatkan terjadinya "penyesatan sejarah". 
Share this article :

+ komentar + 19 komentar

29 Desember 2013 pukul 07.57

Lha wong namanya saja "buta sejarah" ya pasti saja ngawur uraian atau tulisannya mas brouw ........

Anonim
29 Desember 2013 pukul 18.17

Waspada lah....jelas penyesatan sejarah ...mereka mau menggiring sesuai keinginannya ...bahwa referensi nya di giring ke timur tengah....wong ada yg bilang borobudur aja di buat oleh sualiman koq .....

29 Desember 2013 pukul 19.09

Wah wah wah .... orang ngawur kyak Ruslan Si Ahli ngawur itu enakx buat tumbal di G.Merapi aj .... ini slh stu cntoh Dajjal Sang Penyesat

30 Desember 2013 pukul 00.25

jadi ini peringatan untuk semua, adik-adik, kakak-kakak... jangan menjadi PEMBACA YANG BAIK. atau PEMBACA YANG BUDIMAN
maklum, di indonesia, banyak sekamnya. MUDAH TERBAKAR.

www.edukasipositif.com

Anonim
30 Desember 2013 pukul 00.51

Sangat merindukan Majapahit Jilid II...............................
http://serviceumrohmurah.blogspot.com/2013/11/umroh-backpacker-apakah-yang-dimaksud.html

Anonim
2 Januari 2014 pukul 05.39

beberapa pusaka keluarga kami, kisah2 adat beberapa suku di maluku jelas mengandung unsur majapahit....bahkan nama adat saya juga mengandung unsur majapahit....ini artinya, kekuasaan majapahit bahkan mencapai wilayah selatan Maluku (Kep Kai dan Kep. Tanimbar)....

4 Januari 2014 pukul 18.54

wkwkwk dasar penulis tolol tuh orang :D gak pernah meneliti udah koar2

5 Januari 2014 pukul 06.39

ini sebenarnya adalah sentimen kedaerahan,sbg contoh saja akibat perang bubat(pertempuran prajurit pasundan dan majapahit) telah menimbulkan kebencian org2 sunda terhadap majapahit,itu dibuktikan dg tidak adanya nama jalan Majapahit,hayam wuruk,Gajah mada di bandung

5 Januari 2014 pukul 19.04

hahaaay...iya ni jangan memutarbalikan fakta hanya karena segelintir pendapat yang kebenarannya belum pasti..

Anonim
8 Januari 2014 pukul 10.57

usaha penghapusan sejarah tanah jawa......

Anonim
12 Januari 2014 pukul 21.17

Banyak orang yang ingin Indonesia hancur.... sedikit orang yang sadar bahwa mereka telah dijajah secara psikologi... jadilah sekarang generasi yang lemah, mengagungkan sesuatu yang datang dari luar dan malu mengakui kehebatan nenek moyangnya... jika kebo bule bicara A semua mengikut A walaupun yang benar B... Kesalahan fatal orde baru dalam mendidik generasi mudanya... Kita butuh PARA PEMIMPIN, GURU, ORANG TUA YANG BERHATI INDONESIA !!!...

Anonim
2 April 2014 pukul 22.29

Bangsa yang melupakan sejarahnya tidak akan jaya. Dalam Era modern ini kita memang harus pandai-pandai menata langkah. Bergerak sesuai jaman agar tak tertinggal secara teknologi dan informasi, namun juga mesti kuat tatag menjaga tradisi, hidup selaras alam agar di dalam diri tetap ada harmoni. Dengan membaca sejarah sebenarnya ada tuntunan, ada juga pengetahuan mengapa suatu bangsa hancur, itulah yang mesti dipelajari agar tak berulang. Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Jayalah Indonesia

Anonim
4 Mei 2014 pukul 01.39

begini, menurut saya lebih bijak kalau yang meneliti itu dari bangsa kita sendiri, petunjuk dan keterlibatan lokal jauh lebih efektif dari pada orang asing. National geographic itu tau apa ??? mereka tidak mempunyai kredibilitas membaca, menelaah dan menafsirkan seenaknya begitu. INGAT !!! LELUHUR BANGSA KITA TIDAK BODOH, DALAM MENYEMBUNYIKAN ATAU MENYIMPAN PUSAKA,ISTANA,HARTA BENDA DLL PENTING NAN AGUNG, AGAR TIDAK DIRUSAK OLEH ORANG JAIL DAN RAKUS. BISA JADI BUKTI ARKEOLOGI SELAMA INI DIBUAT LELUHUR KITA YANG TERSEBAR ITU ADALAH PETUNJUK ARKEOLOGI PALSU/DECOY/KW 1000 DEMI KESELAMATAN DAN KEAMANAN. INGAT ITU !!!!!

Anonim
8 Agustus 2014 pukul 00.41

Bacalah sejarah Bangsamu,..dan berbuat banyaklah dlm kebajikan yg berarti untuk kalayak umat manusia, setidaknya dirimu akan diingat oleh generasimu..

22 November 2015 pukul 15.28

Org yg ngarang buku itu pernah ke rmh sy, dia mmg benar2 antek asing yg di setting untuk membelokkan sjrh bangsa ini...

15 Januari 2016 pukul 03.28

artikelnya keren dan lengkap Pak, saya salut.... saya juga pemerhati Majapahit khususnya Gajah Mada.. dan sekarang saya lagi mendalami mengenai angkatan perang laut majapahit, mengenai laksamana nala dan asal usul armada laut majapahit... sampai sampai saya harus berlama lama di makassar dan pulau buton (2 tahun) untuk mencari tau asal usul majapahit mempunyai armada laut yang besar... saya ingin share dengan anda, karena barangkali anda mempunyai pemikiran yang lebih dalam mengenai hal tersebut, dan saya yakin itu... tommyjbudiutomo@yahoo.co.id.

21 Maret 2016 pukul 18.53

oleh karena itu para ahli sejarah harus lebih hati hati ketika bikin teori atau pendapat karena punya potensi dijadikan rujukan orang lain atau pembaca. yang menjadi pokok pembutaan sejarah sebenarnya prof hasan jafar, bukannya sodara ruslan.

20 November 2016 pukul 19.32

banyak sekali sekarang orang-orang yg berpendapat bahwa ahli sejarah, tetapi nyatanya yg menyebut Majapahit kerajaan kecil adalah gila dan tanpa dasar, baca dulu prasassati yg tersebar di wilayah taklukkan Majapahit, dan baca Negarakertagama, jangan asal bunyi. Saya bangga bilamana Indonesia ini Nusantara yg digadang-gadang oleh Majapahit dan berhasil dipersatukan, apa yg jadi cita-cita pendiri bangsa ini tidak salah apapun.

25 Maret 2017 pukul 14.06

ada 3 cara untuk menghancurkan suatu negara :

1. kaburkan sejarahnya

2. Hancurkan bukti2 sejarah itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya

3. putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhur itu bodoh dan primitif
(sumber dari architects of deception - secret history of freemasonry by Juri Lina")

yg jelas tulisan dari ruslan yg bersumber dari prof hasan jafar itu ingin menghancurkan negara kita.. majulah dan terapkan arti kata simbol bhinneka tunggal ika....

Hasan Jafar seorang yg bernama islami namun memiliki pendapat seperti itu seakan2 dia bukan seorang yg indonesia.
Berpikiran barat yg jelas sudah terang2an ingin menghancurkan negara indonesia dan ruslan yg merujuk ke national geographic serial acara yg mendukung teori evolusi adalah fakta.... kurang lebih simpatisan Darwin....


Saya berpendapat bahwa anak2 sekolah harus diajarkan sejarah yg sebenarnya agar tertananm dihati suatu kebanggaan menjadi anak bangsa indonesia bahwa leluhur mereka yaitu para raja2, mahapatih2, pahlawan sebelum kemerdekaan, pahlawan kemerdekaan harus diceritakan dengan sebenar2 bagaimana perjuangan beliau2 untuk mencoba mempertahankan nusantara ini. Dan mereka harus tahu sejarah bagaimana org indonesia yg menjadi pemimpin dinegeri malaysia dan brunei, serta hebatnya pasukan khusus kita di tni dalam melatih vietnam menjadi tntara yg ditakuti... kt harus bangga menjadi anak bangsa ini jangan kita terprovokasi dan tercerai berai hanya karena kabar burung / isu yg tidak ada ujungnya. ttp jaga persaudaraan kita meski kita berbeda sara. terimakasih mohon maaf kalo panjang lebar dan berbicara ngaco.

Posting Komentar

 
Support : Link | Link
Copyright © 2013. Majapahit Nusantara - All Rights Reserved
Template Created by Blogging Modify by Majapahit Nusantara
Proudly powered by Blogger