Selamat datang di Blog "Majapahit Nusantara"

Seputar Kitab Negarakretagama (sumber sejarah Majapahit)

0 komentar

Majapahit NusantaraKoleksi dokumen sejarah kerajaan Majapahit milik bangsa Indonesia, kitab Negarakertagama, telah diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO. Kitab sastra yang ditulis Empu Prapanca di sekitar tahun 1365 M itu menceritakan perjalanan sejarah Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara (Hayam Wuruk). Kitab yang ditulis di atas daun lontar tersebut terdaftar dalam The Memory of the World Regional Register for Asia/Pacific.

”Tentu saja pengakuan ini sangat membanggakan karena Indonesia memiliki peninggalan sejarah yang diakui internasional,” kata Dady P Rachmananta, Kepala Perpustakaan Nasional, di Jakarta, Jumat (23/4/2008). Naskah Negarakertagama saat ini tersimpan di Perpustakaan Nasional, Jakarta.
UNESCO memberikan pengakuan pada dokumen-dokumen sejarah dari berbagai negara dalam program Memori Dunia dengan tujuan memelihara dan menyebarluaskan arsip-arsip serta koleksi berharga yang tersimpan di perpustakaan dari seluruh dunia.

Dady mengatakan, manuskrip Negarakertagama ini dulunya pernah dibawa VOC ke Belanda. Beruntung pada masa pemerintahan Soeharto tahun 1974, setelah melalui lobi-lobi intensif, manuskrip ini bisa dibawa kembali ke Indonesia.

Suyanto, Kepala Pusat Pengembangan Koleksi Perpustakaan Nasional, mengatakan, penghargaan ini memberikan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia atas kejayaan masa lalu. Karena itu, manuskrip kuno yang dimiliki bangsa ini perlu dijaga dan dimanfaatkan untuk pembelajaran masa depan. 

Kakawin Nagarakretagama (Nāgarakṛtâgama) atau juga disebut dengan nama kakawin Desawarnana (Deśawarṇana) bisa dikatakan merupakan kakawin Jawa Kuna karya Empu Prapañca yang paling termasyhur. Kakawin ini adalah yang paling banyak diteliti pula. Kakawin yang ditulis tahun 1365 M ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894  M oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara sebelum istana sang raja akan dibakar oleh tentara KNIL.

Naskah ini selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi), penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca, berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra, bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit. Beliau adalah putera dari seorang pejabat istana di Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan. Penulis naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama diusia senja dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana. Hingga sekarang umumnya diketahui bahwa pujangga "Mpu Prapanca" adalah penulis Nagarakretagama.

Teks ini semula dikira hanya terwariskan dalam sebuah naskah tunggal yang diselamatkan oleh J.L.A. Brandes, seorang ahli Sastra Jawa Belanda, yang ikut menyerbu istana Raja Lombok pada tahun 1894 M. Ketika penyerbuan ini dilaksanakan, para tentara KNIL membakar istana dan Brandes menyelamatkan isi perpustakaan raja yang berisikan ratusan naskah lontar. Salah satunya adalah lontar Nagarakretagama ini. Semua naskah dari Lombok ini dikenal dengan nama lontar-lontar Koleksi Lombok yang sangat termasyhur. Koleksi Lombok disimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda.

Kedudukan kitab Negarakretagama sebagai sumber sejarah.
Menurut Slametmulyana (1979:11) Negarakretagama yang berbentuk kakawin itu menduduki urutan kedua setelah piagam-piagam/prasasti (misalnya piagam-piagam Singasari) dalam kaitannya dengan keabsahan/validitas sumber sejarah, sedangkan Pararaton menduduki urutan ketiga setelah Negarakretagama. Hal ini senada dengan ungkapan Soekmono (1981:120) yang menyatakan bahwa Pararaton dimaksudkan sebagai sumber sejarah sangat kurang dapat dipercaya, karena isinya bersifat dongeng. Sementara Negarakretagama menurut Soekmono (1981:118) dikatakan penting sekali untuk sejarah, karena yang diuraikan adalah riwayat Singasari dan Majapahit dari sumber-sumber pertama dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti. Sedangkan kitab-kitab lain seperti Babad Tanah Jawi, Tantu Panggelaran, Serat Sastramiruda dan lain-lain, jika dipakai sebagai sumber sejarah keabsahannya di bawah ketiga sumber tersebut.

Negarakretagama sangat berharga bagi pengetahuan sejarah Majapahit. Beruntunglah kita yang bisa mendapatkan data sejarah melalui Negarakretagama. Menurut Damais (1995:97) di Indonesia tampak adanya ketidakpastian dalam pelestarian dokumen kuno. Karena Damais melihat bahwa Negarakretagama yang dibuat tahun 1365 M oleh Prapanca itu secara kebetulan ditemukan dan diselamatkan oleh Brandes pada tahun 1894 M. Naskah dalam bentuk lontar itu ditemukan di Lombok yang akan dijadikan kayu bakar dan sedang ditumpuk di gudang. Seakan Damais ingin membuka mata bangsa Indonesia akan "kurang perhatiannya" bangsa Indonesia ini terhadap peninggalan sejarah bangsanya sendiri. Perhatian yang kurang dari bangsa Indonesia terhadap data sejarah ini menyebabkan sulitnya sebuah rekonstruksi sejarah, termasuk rekonstruksi sejarah kerajaan Majapahit. Naskah Negarakretagama tersebut ditemukan bertepatan dengan ekspedisi Belanda melawan Tjakranegara pada tahun 1894 M. Naskah yang diselamatkan Brandes tersebut adalah naskah yang disalin di Bali pada tahun 1740 M, kemudian diterbitkan dalam aksara Bali pada tahun 1902 M oleh Brandes.

Naskah Nagarakretagama disimpan di Leiden dan diberi nomor kode L Or 5.023. Lalu dengan kunjungan Ratu Juliana, Belanda ke Indonesia pada tahun 1973, naskah ini diserahkan kepada Republik Indonesia. Konon naskah ini langsung disimpan oleh Ibu Tien Soeharto di rumahnya, namun ini tidak benar. Naskah disimpan di Perpustakaan Nasional RI dan diberi kode NB 9.

Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 telah diakui sebagai bagian dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh UNESCO.

Terjemahan Kitab Negarakretagama: 
(Belanda) J.L.A. Brandes, Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, naar het eenige daarvan bekende handschrift, aangetroffen in de puri te Tjakranagara op Lombok, 1902.
(Belanda) H. Kern & N.J. Krom, Het Oud-Javaansche lofdicht Nāgarakŗtāgama van Prapañca (1365 AD), 1919.
(Indonesia) Slametmuljana (dkk.), Prapantja:Nagarakretagama, diperbaharui kedalam bahasa Indonesia, 1953.
(Belanda) C.C. Berg, Het Rijk van de Vijfvoudige Buddha, 1962.
(Inggris) Th. Pigeaud, Java in the Fourteenth Century, 1960-'63.
(Inggris) S.O. Robson, Desawarnana (Nagarakrtagama), 1995.


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Link | Link
Copyright © 2013. Majapahit Nusantara - All Rights Reserved
Template Created by Blogging Modify by Majapahit Nusantara
Proudly powered by Blogger