Selamat datang di Blog "Majapahit Nusantara"

Majapahit sebagai roh Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (sebuah perenungan)

0 komentar

Diakui ataupun tidak, masih terdapat kaitan yang erat antara Majapahit dengan Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia. Majapahit menjadi roh dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ini. Majapahit tetap saja menjadi acuan naskah Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia.

Majapahit Nusantara

Baiklah mari kita renungkan secara mendalam dengan suatu kajian yang obyektif tanpa memihak. Pertama-tama perlu kita simak mengenai bunyi naskah Proklamasi itu sendiri, sebagai berikut :
"Kami bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya".
Beberapa pertanyaan penting yang dapat kita ajukan adalah :
Siapakah bangsa Indonesia yang dimaksud dalam naskah Proklamasi ini, dan manakah cakupan wilayah yang dapat disebut sebagai 'wilayah bangsa Indonesia' (pada waktu itu) ?
Selanjutnya pada bagian lain patut dipertanyakan pula tentang hal berikut :
Atas nama bangsa Indonesia yang mana yang disebutkan oleh Bung Karno waktu itu ? Bangsa Jawa kah ? Bangsa Sunda kah ? Bangsa Melayu kah ? Atau mungkin bangsa yang lain ? Bukankah waktu itu kita masih berada dalam kekuasaan Jepang dan wilayah Indonesia belum ditentukan batas-batasnya secara juridis-formal ?
Fakta konkrit yang perlu dipertanyakan pula adalah :
Mengapa setelah Proklamasi dikumandangkan, masyarakat mulai dari Sabang sampai Merauke menyambutnya dengan gembira dan sekaligus merasa telah lepas dari segala bentuk penjajahan ?
Satu pertanyaan lagi yang patut untuk kita renungkan adalah :
Mengapa waktu itu hanya Bung Karno seorang (dengan didampingi Bung Hatta)  yang berani membacakan teks Proklamasi ?.  Bukankah waktu itu di Jawa sudah ada Raja Solo, Raja Jogya dan di lain tempat sudah ada Sultan Aceh, Raja Sunda, Sultan Cirebon, Raja Bali, Raja Lombok, Raja Kutai Kartanegara dan raja-raja yang lainnya ? Kemanakah mereka semua pada waktu itu ? Bahkan menjadi saksi pun tidak sama sekali.
Kembali ke pertanyaan semula, bangsa Indonesia yang manakah yang dimerdekakan oleh Bung Karno pada waktu itu ? Adakah batas-batas secara fisik (juridis formal) tentang wilayah kediaman bangsa Indonesia saat itu ? Dan kenapa masyarakat dari Sabang sampai Merauke menyambut kemerdekaan ini dengan sangat antusias ?

Marilah kita teliti secara lebih mendalam tentang hal ini.

Satu hal yang patut kita pahami terlebih dahulu adalah bahwa Bung Karno pada waktu itu tidak akan berlaku sembrono dengan menyebut bangsa Indonesia dan kemerdekaan Indonesia tanpa didukung dengan fakta-fakta yang jelas dan benar adanya atau berdasarkan sumber-sumber sejarah yang valid serta dapat dibuktikan secara fisik dan memang diakui baik oleh masyarakat dan pemerintah penjajahan waktu itu. Dan memang, hanya pihak Belanda-lah yang tidak mau mengakuinya dan hal ini dibuktikan dengan adanya aksi polisionil pertama maupun kedua.

Bisakah kita bayangkan atau kita pikirkan, data dan atau sumber apakah yang dipergunakan oleh Bung Karno untuk menyebut istilah 'bangsa Indonesia' dan 'negara Indonesia' tersebut ? Data atau sumber yang bersifat khayalan (imaginer) atau data-data faktual yang memang benar adanya ? Apakah bangsa Indonesia yang dimaksud pada waktu itu hanyalah rakyat Jogya atau rakyat Solo atau rakyat Aceh atau rakyat Bali atau rakyat Kutai Kartanegara atau rakyat Sunda yang nota bene telah jelas batas-batas wilayahnya ? Tentu tidak  !!!  

Mari kita teliti secara lebih mendalam tentang Bung Karno Sang Proklamator bangsa Indonesia. Dalam buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia" pada bab 4 disebutkan sebagai berikut :

Surabaya : Dapur Nasionalisme

Dari jenis binatang pra-sejarah yang digali di kepulauan kami, ahli-ahli purbakala membuktikan bahwa setengah juta tahun yang lalu pulau Jawa sudah didiami orang. Kebudayaan kami adalah kebudayaan purba. Di dalamnya orang akan membaca keterangan mengenai ,"Negeri Swarna Dwipa yang di dalamnya mempunyai tujuh buah kerajaan besar". Swarna Dwipa, yang berarti pulau-pulau emas, adalah nama negeri kami pada waktu ia diabadikan dalam cerita-cerita klasik Hindu duaribu limaratus tahun yang lalu. Dari abad ke sembilan ketika negeri kami bernama Kerajaan Sriwijaya sampai abad ke empatbelas waktu negeri kami bernama Majapahit, kami punya "negeri yang terkenal makmur telah mencapai tingkatan ilmu yang demikian tinggi sehingga menjadi pusat ilmu pengetahuan bagi seluruh dunia-beradab". Demikianlah keterangan yang terdapat dalam surat-surat-gulungan-perkamen yang berharga dari negeri Tiongkok dan menurut dugaan adalah bibit dari kebudayaan seluruh Asia. Negeri kami tersohor dalam lingkungan internasional ketika Christopher Columbus mencari kepulauan. Rempah-rempah gugusan pulau-pulau yang sekarang kita namakan kepulauan Maluku. Seumpama Columbus tidak belajar mencari jahe, buah pala, lada dan cengkeh kami dan tidak sesat pula di jalan, tentu dia tidak akan menemukan benua Amerika.  Ketika jalan laut menuju Hindia akhirnya ditemukan orang, modal asing mengerumuni pantai kami, seperti semut mengerumuni tempat gula. Dari Lisboa datanglah Vasco da Gama. Dari negeri Belanda Cornelis de Houtman : Ini merupakan titik tanda dimulainya "Revolusi Perdagangan" di Eropa. 
Dari uraian tersebut di atas, tentunya dalam hal ini Bung Karno sangat-sangat mendalami tentang kekuasaan kerajaan Sriwijaya yang kemudian dilanjutkan dengan kerajaan Majapahit yang pernah menguasai Nusantara ini. Dalam hal ini jelaslah bagi kita bahwa pada saat Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan, maka bangsa Indonesia berikut wilayahnya adalah semua bekas wilayah Kerajaan Sriwijaya yang disempurnakan dengan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pernyataan Bung Karno tersebut sangat sulit untuk dibantah.

Jadi dalam hal ini Bung Karno telah memiliki fakta-fakta otentik atau bukti-bukti fisik yang waktu itu disebutnya dengan 'surat-surat-gulungan-perkamen' yang berharga dari negeri Tiongkok. Bukan suatu hal yang mustahil bilamana pada saat itu Bung Karno telah sangat memahami wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit sebagaimana yang diuraikan di dalam Kitab Negarakretagama. Bayangkan saja, Bapaknya adalah seorang guru dan sangat memahami kisah Mahabarata, Bung Karno muda tinggal di dua kota yaitu kota Mojokerto (jalan Pahlawan no.88 dan jalan Residen Pamudji) dan Kota Surabaya yang nota bene sangat diwarnai oleh situasi kebesaran Kerajaan Majapahit.

Beliau pergi meninggalkan kota Mojokerto menuju Surabaya saat masih berusia 15 tahun. Dan terus terang beliau sangat-sangat mengingat petuah dari Bapaknya berikut ini :
Sungguhpun engkau akan mendapat pendidikan Belanda, aku tidak ingin darah dagingku menjadi kebarat-baratan. Karena itu kau kukirim kepada Tjokro, orang yang dijuluki oleh Belanda sebagai 'Raja Jawa yang tidak dinobatkan'. Aku ingin supaya kau tidak melupakan, bahwa warisanmu adalah untuk menjadi Karna kedua.
Maksud dari perkataan tersebut adalah, sungguhpun kita telah menerima banyak ajaran-ajaran intelektual dari luar Indonesia, janganlah sekali-kali kita melupakan akar budaya bangsa Indonesia yang asli. Sebuah budaya yang adiluhung dan banyak memberikan contoh bagi bangsa-bangsa lain di Asia.


Bersambung.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Link | Link
Copyright © 2013. Majapahit Nusantara - All Rights Reserved
Template Created by Blogging Modify by Majapahit Nusantara
Proudly powered by Blogger